“Ajang bodyfitness sebenarnya hanyalah batu loncatan untuk para pecinta fitness agar lebih bersemangat lagi mengikuti event dengan skala yang lebih besar seperti mens physique dan binaraga.”
Seiring pergantian tahun 2015, peminat dari olahraga fitness semakin hari semakin meningkat. Banyaknya penyelenggaraan ajang-ajang bertema pamer otot ini banyak menuai kesuksesan diberbagai kota khususnya Jakarta sebagai pusat Ibukota Indonesia. Jumlah peserta yang melonjak hingga lebih dari 500 kompetitor dan kerapkali diadakan setiap minggunya. Hal ini membuktikan bahwa semakin lama semakin banyak bermunculan sosok-sosok baru yang sadar akan arti pentingnya hidup sehat, kebugaran, juga keidealan tubuh.
Bodyfitness
Sekedar me-review kembali ajang bodyfitness. Ajang yang hampir mirip dengan binaraga ini memang belum mendapat legalitas dari pihak PB PABBSI. Pasalnya, ajang tersebut belum memiliki penilaian penilaian otot yang lengkap dan hanya dianggap sekedar sebagai hiburan. Namun, ajang ini lebih banyak diminati oleh banyak kalangan. Khususnya bagi mereka yang baru terjun dalam dunia pembentukan otot dengan ukuran otot yang belum memenuhi syarat untuk masuk kriteria binaraga. Tujuannya adalah mengapresiasi hasil kerja keras para fitness mania yang rajin datang berlatih membentuk otot serta menjalani program diet. Bodyfitness berbeda dengan mens fitness atau sekelas mens Physique, karena dalam ajang bodyfitness otot yang dinilai hanyalah bagian pinggang hingga tubuh bagian atas. Sementara otot pinggang kebawah (otot kaki) tidak masuk dalam kriteria penilaian juri.
Kriteria Bodyfitness
Awal berkembangnya bodyfitness dahulu mulai dibawakan oleh Erwin Santoso SE., MM., selaku wakil presiden dari Sportindo, yang saat itu bertemakan UBC (Ultimate Body Contest) dengan 3 kelas, diantaranya new beginning, Ultimate Body, dan all season. Namun berbeda dibeberapa kejuaraan lainnya, kompetisi yang mengusung tubuh ideal dengan mengenakan celana jeans ini hanya justru terbagi menjadi 2 kategori saja, seperti Beginner class dan Professional class. Memang keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu memajukan gaya hidup sehat dengan olahraga fitness.
Seiring gaung mencuatnya kompetisi bodyfitness, belakangan ini justru memberikan angin segar bagi siapa saja. Euforia terhadap tubuh berotot mulai banyak digandrungi oleh masyarakat awam sejak tahun 2013an, dimana saat itu dikembangkan lagi menjadi kategori new muscle, middle muscle, dan profesional muscle. Entah apa maksud dari ketiga kategori tersebut. Namun secara garis besarnya, ketiga kelas tersebut mengacu kepada besarnya ukuran otot yang dipertandingkan.
Opini Mereka Tentang Bodyfitness
Beberapa kalangan penting yang terkait dalam penyelenggaraan ajang bodyfitness ini menuaikan beragam reaksi serta pendapat mengenai berlangsungnya kompetisi tersebut di Indonesia. Berikut pendapat mereka para responden yang kami himpun melalui pertanyaan yang kami berikan:
Sudut pandang penyelenggara
Yang pertama adalah sudut pandang penyelenggara. Suatu acara dapat terselenggara berkat adanya instansi atau oknum yang mewadahinya. Berbicara soal ajang bodyfitness, ada 2 pendapat yang berbeda dari beberapa penyelenggara, yang pertama tujuan meraup keuntungan dan yang kedua karena adanya kesadaran ingin memajukan industri fitness. Dua tujuan yang bertolak belakang ini memang tidak bisa dipisahkan dan kebanyakan penyelenggara memilih tujuan yang pertama. Tidak dapat dipungkiri tujuan untuk memperoleh keuntungan dari ajang semacam ini cukup lumayan. Selain itu peranan sponsor yang juga berperan serta cukup membantu. Namun, efek negatifnya bila penyelenggara hanya mementingkan keuntungan semata, acara yang diselenggarakan tidak akan berjalan dengan baik.
Tujuan yang kedua adalah karena ingin memajukan industri fitness. Hal ini mengarah kearah yang positif. Secara tidak langsung, penyelenggaraan acara ini dapat mengapresiasi para pecinta fitness yang baru mulai terjun, untuk berprestasi layaknya mereka yang sudah berada dikelas menfitness dan juga binaraga. Hal tersebut secara tidak langsung juga mengajak mereka yang belum berkecimpung didunia fitness untuk berlatih dan mengikuti ajang tersebut.
Sudut pandang dewan juri
Selain penyelenggara, pihak yang memiliki wewenang dalam terselenggaranya ajang bodyfitness adalah dewan juri. Biasanya mereka yang ditunjuk menjadi juri adalah atlet-atlet senior yang telah menorehkan prestasi sehingga paham mengenai struktur otot yang baik dan layak menjadi juara. Namun seringkali terdapat kecurangan didalam penjurian yang dilakukan oleh oknum yang bertugas. Adanya kriteria penilaian yang tidak sesuai, membuat pertandingan yang murni menjadi tercoreng. Penilaian yang harusnya dilakukan berdasarkan kualitas otot, tidak berlaku lagi dan justru yang berlaku adalah sistem penjurian berdasarkan kedekatan teman.
Saat diwawancari reps, Syafrizaldi yang merupakan Atlet senior binaraga ini justru angkat bicara perihal kejuaraan bodyfitness di Indonesia. Menurutnya, “perkembangan dunia fitness belakangan ini sangat marak, akan tetapi sangat disayangkan untuk soal penilaiannya. Jika dibinaraga tentu jelas, kategori mereka ditentukan dengan timbang badan. Disamping itu penilaiannya pun lengkap dari atas kepala hingga ujung kaki. Namun jika di bodycontest ini, sangat sulit sekali mereka para juri untuk menentukan kelas mereka. Ketebelan sedikit dicoret, kekeringan sedikit juga dicoret. Saya berharapnya semoga saja, wadah kompetisi seperti ini yang perlu dijadikan perhatian khusus oleh PABBSI. Dikarenakan PABBSI lah selaku induk organisasi yang menaungi olahraga otot. Melihat semakin berkembangnya olaharaga fitness, serta pembibitan atlet regenerasi binaraga untuk berikut saya kira ini perlu diseriuskan.”
Sudut pandang peserta
Kesuksesan ajang bodyfitness seringkali diukur dari banyaknya peserta yang berpartisipasi didalam acara tersebut. Untuk itu peran dari peserta sangatlah penting dalam pelaksanaan kompetisi tersebut. Semakin beragamnya kategori dalam ajang bodyfitness membuat banyak orang tertarik untuk berpartisipasi diajang ini. Semakin banyaknya ajang tersebut diselenggarakan, semakin banyak pula peminat fitness, karena mereka termotivasi untuk berprestasi dibidang olah otot ini. Ajang ini juga memunculkan peserta-peserta baru yang dapat diperhitungkan dan kelak mampu bersaing dikancah yang lebih tinggi seperti menfitness dan bahkan binaraga.
“Tujuan kami mengikuti kompetisi body contest adalah untuk menunjukkan hasil kerja keras kami selama latihan. Soalnya, cuma disini doank kami bisa nyari prestasi sebanyak-banyaknya,” ujar Rezza Mahardika peserta body fitness yang rajin mengikuti kejuaraan.
Ia pun menambahkan perihal hadiah dan kesannya mengikuti kejuaraan bodyfitness, “Kalo soal hadiah, biasanya sih temen-temen gak terlalu mempedulikan berapa besarnya jumlah hadiah yang diterima. Yaa walaupun hadiah yang dikasih gak seberapa besar sama biaya kita latihan dan diet, namun bagi saya dan teman-teman lainnya, pasti sependapat kalau prestasi diatas panggung adalah suatu kebanggaan yang tidak ternilai harganya. Begitu juga pengalaman bertanding yang berbeda-beda dan ketemu banyak orang. Hal tersebut adalah hal yang tidak akan pernah didapat apabila kita hanya berlatih saja tanpa mengikuti pertandingan”.
Sudut pandang sponsor
Yang terakhir adalah sudut pandang dari pihak sponsor. Sponsor bekerja sama dengan penyelenggara untuk mewadahi suatu acara sekaligus mendapat keuntungan promosi. Kebanyakan pihak sponsor dari acara bodyfitness sendiri adalah produk-produk yang memiliki kaitan erat dengan dunia fitness, seperti produk suplementasi, apparel olahraga, dll. Promosi dengan cara seperti ini dinilai lebih efektif. Terlebih dengan menambahkan diskon disetiap event seperti ini, maka peminatnya akan semakin banyak.
Kesimpulan
Kesimpulannya adalah penyelenggaraan event bodyfitness memiliki sisi positif juga negatif. Sisi positifnya sendiri, penyelenggaraan event seperti ini mampu menarik minat banyak orang untuk mulai menerapkan pola hidup yang sehat serta berlatih untuk memperoleh tubuh yang ideal dan berotot. Namun, dibalik semua itu negatifnya adalah beberapa kerugian yang peserta dapatkan dari mengikuti acara-acara yang tidak resmi sehingga terjadi banyaknya kecurangan dari pihak yang ada didalamnya. Disamping itu jenjang prestasi di kejuaraan ini belum sepenuhnya diakui oleh induk organisasi yang diakui oleh pemerintah.
Ajang bodyfitness sebenarnya hanyalah batu loncatan untuk para pecinta fitness agar lebih bersemangat lagi mengikuti event dengan skala yang lebih besar seperti mens physique ataupun binaraga. Hal tersebut lebih baik ketimbang terus berlatih namun tetap berada di level bodyfitness saja. Untuk itu mari sukseskan olahraga bertajuk membangun otot tubuh ini agar industri fitness Indonesia semakin berkembang dan semakin maju. (ayu/alf)