Oleh : dr. Hario Tilarso
Kegiatan olahraga adalah suatu kegiatan fisik dimana tubuh akan bereaksi atau beradaptasi terhadap beban latihan. Bila latihan tersebut ringan, maka efeknya terhadap tubuh juga akan sedikit atau ringan. Tetapi bila latihan tersebut berat bebannya seperti misalnya lari jarak jauh pada cuaca yang sangat panas dan lembab, maka tubuh akan terbebani secara berlebihan, sehingga timbul gejala-gejala yang akan dapat merugikan. Misalnya dalam hal ini, dapat timbul kejang otot (kram), dapat juga terjadi pingsan karena oxygen yang kurang, dll.
Pada prinsipnya tubuh manusia di kontrol oleh suatu mekanisme yang sangat canggih dan complex yang meliputi system peredaran darah, syaraf, otot, pernafasan dan hormon. Yang disebut hormon adalah suatu zat kimia yang diproduksi oleh suatu kelenjar tertentu dan zat yang diproduksi ini akan mempengaruhi suatu organ tubuh.
Di dalam tubuh ada banyak sekali hormon-hormon dan setiap hormon mempunyai fungsi yang spesifik. Misalnya hormon estrogen untuk mengatur menstruasi pada wanita, ada pula hormon pertumbuhan (growth hormon) yang mempengaruhi tulang sehingga tumbuh. Keseluruhan hormon ini berada dalam suatu keseimbangan yang sudah mantap, sehingga tubuh dapat berfungsi denga normal. Bila terjadi gangguan pada salah satu hormon maka akan mempengaruhi hormone yang lain, sehingga timbul kelainan-kelainan tertentu atau penyakit tertentu.
Salah satu hormon yang ada dalam tubuh adalah hormon cortisol . Hormon ini disebut juga hormon penghancur atau bersifat katabolik, yaitu menghancurkan pembentukan jaringan seperti misalnya jaringan otot. Lawan dari sifat katabolik adalah anabolic, yaitu bersifat membangun otot tubuh. Hormon yang bersifat anabolik adalah testosteron, yang disebut juga hormon laki-laki, karena juga bersifat meningkatkan sifat-sifat sex laki-laki. Pada orang yang sehat dan terlatih dengan baik, maka peran hormon testosteron ini akan cukup menonjol, lebih-lebih pada laki-laki yang sedang dalam latihan untuk pembesaran otot misalnya menjadi binaragawan. Pada latihan beban untuk binaraga, diperlukan banyak protein dalam makanan untuk pembesaran otot. Begitu pula pada testosteron penting untuk pembesaran serabut-serabut otot dan juga pada latihan-latihan olahraga yang lain seperti pada latihan kardiorespirasi atau latihan untuk pengguatan jantung dan paru-paru.
Pada latihan kardiorespirasi yang sangat berat dan berlangsung lama, maka tubuh tidak mampu beradaptasi dengan beban latihan, sehingga jantung + paru-paru dan otot bukan menjadi semakin kuat, tetapi malah menjadi lemah sehingga prestasi menurun. Keadaan ini kita sebut sebagai overtraining atau dosis latihan yang berlebih. Gejalanya adalah merasa lemah, tidak nafsu makan, sering marah, tekanan darah turun, denyut nadi meningkat, otot menjadi mengecil dan kekuatan menurun. Pada keadaan ini, hormon kartisol menjadi lebih tinggi kadarnya dan hormon testosteron menurun kadarnya. Jadi disini terjadi suatu proses penghancuran (katabolisme) jaringan terutama jaringan otot. Selain itu kartisol juga dianggap dapat menurunkan system kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga merasa lemah dan mudah terserang penyakit. Kadar gula darah juga menurun sehingga terasa tidak mempunyai tenaga untuk bergerak.
Keadaan overtraining ini dapat berlangsung satu hari sampai beberapa hari, yang tentunya akan menggangu prestasi. Untuk memulihkan kondisi, maka program latihan harus ditinjau kembali, mungkin terlalu berat. Dosis latihan harus dikurangi dan bila perlu dilakukan perubahan gizi dan pemberian suplemen atau vitamin tertentu. Bila beban latihan berkurang, tentunya tubuh menjadi lebih mampu beradaptasi sehingga lama kelamaan akan kembali pulih pada keadaan normal.
Kadar kartisol akan semakin berkurang, sebaliknya kadar testosteron akan semakin meningkat sehingga terjadi lagiproses anabolisme (pembentukan jaringan) kemudian akan terjadi pula perbaikan system imunitas tubuh, sehingga tubuh terasa lebih enak dan lebih segar. Tekanan darah dan denyut nadi akan kembali normal sehingga seluruh system tubuh kembali pulih.
Agar tidak terjadi overtraining, maka program latihan harus dibuat secara benar dengan memperhatikan faktor kemampuan atlet, tujuan latihan dan pola latihan apa yang akan dipakai. Bila semua ini terpenuhi maka kartisol tidak akan meningkat kadarnya dan tidak akan merugikan tubuh.