Kembar identik asal Inggris, Hugo dan Ross Turner, menjadi objek penelitian dua pola makan yang sangat jauh berbeda, yakni vegan dan non-vegan. Mereka menggunakan kembar identik untuk menguji respon tubuh terhadap efek diet yang berbeda dan olahraga
Cara kerja penelitian
Belakangan ini, pola makan vegan memang sedang populer di kalangan masyarakat. Pola makan tidak mengonsumsi makanan dan produk olahan hewani ini dianggap lebih sehat dan memberikan lebih banyak manfaat kesehatan untuk tubuh. Tidak hanya itu saja, pola makan vegan juga dipercaya dapat menjaga kelestarian lingkungan.
Dilansir dari IFL Science, sebagai bagian dari studi di Departemen Riset Kembar & Epidemiologi Genetik King’s College London, Hugo dan Ross mengikuti pola makan yang berbeda selama 12 minggu: Hugo menerapkan pola makan vegan ketat, sementara Ross tetap konsumsi daging dan produk susu.
Hasil setelah 12 minggu percobaan
Hasil dari penelitian tersebut adalah, dibandingkan dengan Ross, Hugo yang menerapkan pola makan vegan mengalami penurunan kolesterol yang besar dan meningkatnya resistensi tubuh terhadap diabetes tipe 2.
Meski awalnya mengaku kesulitan untuk membiasakan diri hanya konsumsi makanan berbasis tumbuhan, dan menghindari keju dan daging, namun setelah terbiasa ia merasa lebih energik dari sebelumnya.
Pola makan vegan juga dikaitkan dengan tingkat gula darah dan energi yang lebih stabil. Sementara pola makan non-vegan atau karnivora menghasilkan peningkatan dan penurunan energi yang lebih keras.
Pola makan berbasis tumbuhan ini juga menghasilkan penurunan yang parah dalam keanekaragaman bakteri usus, yang mana saat konsumsi pola makan daging dan produk susu akan stabil. Secara teori, Hugo berpotensi lebih rentan terhadap penyakit dibandingkan Ross.
Penemuan menarik tentang mikrobioma usus
Penelitian pada skala yang lebih besar mengungkapkan beberapa pengetahuan mengejutkan tentang bakteri usus dan bagaimana individu merespons makanan.
Studi tahun 2019 oleh tim yang sama di King’s College London menemukan bahwa respons orang terhadap makanan yang sama itu unik, bahkan pada kembar identik.
Meski konsumsi makanan yang sama, beberapa orang mengalami peningkatan gula darah dan insulin yang tajam, yang terkait pada penambahan berat badan dan diabetes, sementara yang lain memiliki kadar lemak yang tertinggal di aliran darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Karena alasan tersebut para peneliti berpendapat bahwa kemungkinan semua itu disebabkan karena mikrobioma usus. Meski genetik memainkan peran penting pada cara kita mengolah makanan, mikrobioma usus juga memiliki efek dengan mempengaruhi cara makanan dipecah. Karena komposisi koloni mikroba bervariasi pada setiap orang, begitu pula respons terhadap makanan yang sama.
Peneliti mengatakah bahwasanya genetik kembar identik hanya berbagi 25 sampai 30 persen mikroba satu sama lain. Inilah yang menyebabkan, meski Hugo dan Ross kembar identik, dengan dua pola makan yang berbeda, tubuh mereka juga memberikan respons yang berbeda.