Jakarta, 11 Desember 2015 – Wajah ceria turut mewarnai para kontingen Indonesia, khususnya di cabang olahraga binaraga pada acara jumpa persnya kemarin di FX. Senyuman penuh rasa syukur dan bangga terhadap negara yang diperjuangkannya pasca kejuaraan WBPF 7th World Bodybuilding & Physique Championship Bangkok – Thailand kemarin, turut menuaikan hasil yang maksimal dan patut dibanggakan oleh Indonesia.
Namun dibalik euforia yang dirasakan oleh para atlet, kisah sedih seringkali menyelimuti olahraga yang mengedepankan keindahan tubuh berotot ini. Belakangan ini binaraga selalu tak dianggap pemerintah khususnya induk organisasi yang menaunginya, yakni PABBSI.
Dalam kepengurusan teranyarnya, PABBSI yang beberapa bulan lalu melantik ketua serta struktur organisasi terbarunya, tidak mencantumkan beberapa nama pengurus maupun nama-nama mantan atlet binaraga ke dalam struktur organisasinya. Padahal induk organisasi ini menaungi 3 cabang olahraga, yang terdiri angkat besi, angkat berat, dan binaraga.
Ini sangat disayangkan sekali, dan seharusnya menjadi pertimbangan pengurus untuk memajukan Binaraga Indonesia. Terlebih lagi di Asian Games mendatang dimana Indonesia menjadi tuan rumahnya, Cabang Olahraga binaraga tidak diikut sertakan kedalam ajang pesta olahraga yang diadakan selama 4 tahunan ini.
“Sebelumnya kita sudah melakukan konfrensi pers, Alhamdulillah hasil konfrensi pers kemarin didengar oleh kemenpora, yang di last minute sebelum kita bertolak ke Thailand, kita dipanggil Kemenpora untuk membuat proposal. Disini saya melihat bahwa sudah ada mulai titik terang, titik terang dalam arti selama kita mau memperjuangkan kemajuan atlet, sebetulnya pemerintah itu mau mendengarkan. Dan anggarannya pun sudah ada, hanya mungkin selama ini gak ada yang berani berteriak saja”, ujar Kemalsyah Nasution selaku Ketua delegasi yang merangkap manager atlet untuk keberangkatan di Bangkok.
KISAH ATLET
Cerita menarik dibalik kesuksesan Indonesia di WBPF Bangkok kemarin, Sang binaragawan legendaris Indonesia Syafrizaldy berhasil tampil memukau dengan prestasi yang membanggakan, diantaranya ia berhasil meraih 1 medali emas di kelas binaraga usia 50-59, serta medali perunggu di kelas Binaraga 75kg. Meskipun di usianya yang tidak muda lagi, namun jiwa dan semangatnya justru melebihi dari semangat anak muda.
“Saya ikut kejuaraan dunia sudah 7 kali, selalu saya di nomor 3 dan di nomor 4. Kalau di luar kejuaraan afiliasi saya selalu di peringkat 1. Saya sedih sekarang ini, Asian Games diadakan di Indonesia tapi kok gak ada binaraga. Dan buat saya gak ada euforia itu gak apa-apa, yang penting saya bisa naikin merah putih. Terserah mereka mau bilang pahlawan atau gak. Tetapi negara jangan tanya saya telah memberikan apa buat negara, tapi saya balik tanya lagi negara telah memberikan apa buat saya (Syafrizaldy)?”, jelas Syafrizaldy binaragawan yang telah mengikuti kejuaraan dunia sebanyak 7 kali.
Disamping itu Ia pun menambahkan, “Bertanding ini saya biaya sendiri, dan dibantu pak Kemal untuk keberangkatannya. Sedangkan untuk pelatnasnya masih biaya sendiri. Sebulan saja untuk persiapan pelatnas sebesar 18 juta, dan persiapannya saya gak cukup 2 bulan melainkan 14 bulan. Namun buat saya terbayar dengan medali emas dan perunggu. Dan saya berharap semoga saya bisa masuk rekor MURI untuk rekor PON dari semua cabagn olahraga yang ke 8 besok”.
Selebihnya nasib keprihatinan atlet binaraga juga dirasakan oleh Dody Syahputra yang menduduki peringkat 7 di kelas Men Atheltic Physique Senior diatas 170 cm dan Henra Sain yang meduduki peringkat 11 di Kelas Binaraga 80Kg. Mereka menyampaikan keprihatinannya untuk perdana kalinya ini.
“Kita mau berangkat pakai uang sendiri saja susah, mau ngurus bertanding keluar (Luar Negeri) pakai biaya sendiri aja itu susah, apalagi yang pakai uang negara. Menurut saya sih pemerintah kalau buat binaraga khususnya kita-kita ini memang perhatiannya kurang banget. Itulah yang saya rasain saat ini”, kata Dody Syahputra salah satu rombongan atlet binaraga yang bertanding di Bangkok.
“Biar bagaiamanapun yaa tetap bersyukur, kita sudah bisa menorehkan prestasi di negeri orang dan membawa negara walaupun dengan sejujurnya bukan tidak namun mungkin belum di support penuh oleh pemerintah kita. Mudah-mudahannya bisa jauh lebih baik lagi dari yang kita alami saat ini,” tambah Henra Sain dengan penuh lapang dada saat jumpa persnya kemarin.
IYOS (Indonesia Youth and Sport Festival)
Minimnya bibit baru yang akan melanjutkan tonggak prestasi binaraga kedepan, menjadi perhatian khusus bagi para senior dalam merekrut serta mendidik para generasi muda agar lebih mencintai dan berprestasi di cabang olaharaga binaraga ini.
Melalui kejuaraan IYOS (Indonesai Youth and Festival) yang akan diselenggarakan 19 Desember 2015 mendatang. Menjadi sarana atau ajang prestasi yang akan menampung para regenerasi atlet binaraga berikutnya dalam memperjuangkan nama bangsa. Apalagi dalam acara tersebut, juga akan dihadiri oleh Menpora serta binaragawan yang bertanding di WBPF Championships Bangkok.
Acara tersebut akan digelar di Gedung Olahraga POPKI Cibubur mulai pukul 10.00 hingga 14.00 WIB. Dimana masing-masing kompetitor yang bertanding akan wajib dibatasi usia hingga 25 tahun kebawah. Berikut sekilas Info:
KEJUARAAN BINARAGA JUNIOR UNTUK USIA DIBAWAH 25 TAHUN.
Juara 1: Uang Tunai Rp 3.000.000
Juara 2: Uang Tunai Rp 2.000.000
Juara 3: Uang Tunai Rp 1.000.000
Waktu dan Tanggal: 10.00 – 14.00 WIB, 19 Desember 2015
Tempat : GOR POPKI Cibubur
Pendaftaran: Rp 150.000
Text: Alfian.