Jakarta, 9 September 2015 – Pfizer yang merupakan sebuah perusahaan besar bergerak di bidang farmasi, menggelar kegiatan seminar bertemakan “Penggunaan Obat Anti Nyeri Yang Tepat Untuk Mengatasi Nyeri Akut” yang bertujuan mengedukasi masyarakat agar lebih cermat memilih obat-obat bebas di pasaran.
Kegiatan interaktif yang mengupas tuntas seputar mitos dan fakta pengobatan rasa nyeri ini, dihadiri oleh dr. Dwi Pantja Wibowo SpAn KIC-KMN – Spesialis Anestesi & Sekretaris I Pengurus Pusat Pehimpunan Dokter Anastesi dan Terapi Intensif (PERDATIN), Kevin Abeyewardene selaku Marketing Director Pfizer Indonesia, dan Ibu Widyaretna Buenastuti selaku Public Affairs & Communication Director PT Pfizer Indonesia.
Berdasarkan manfaat rasanya, nyeri memiliki hal positif bagi tubuh untuk menghindari atau sebagai tanda akan adanya penyakit yang berada dalam tubuh. Dalam dunia medis, hal tersebut diistilahkan dengan rasa nyeri akut, atau rasa nyeri yang tidak berlangsung lama. Sedangkan rasa nyeri yang berkepanjangan disebut dengan isitilah nyeri kronik. Hal nyeri seperti inilah yang wajib dan perlu ditangani secara khusus oleh para dokter ahli.
Sebagaimana yang disampaikan oleh dr.Dwi Pantja Wibowo, SpAn KIC-KMN, menjelaskan, “Nyeri akut adalah nyeri yang mendadak dan bersifat sementara yang biasanya dapat berlangsung beberapa hari (kurang dari 2 minggu). Penanganan nyeri akut memerlukan kombinasi dari terapi farmakologis dan non-farmakologis.” Ia pun menambahkan bahwasannya “Mitos bahwa obat-obat anti nyeri yang dijual bebas cukup aman dikonsumsi karena tidak memerlukan resep dokter, Faktanya, setiap obat memiliki efek lanjut dan efek samping. Selain itu, saya mengharapkan kepada masyarakat untuk lebih cermat memilih obat-obat yang aman dan dianjurkan oleh dokter, yaitu dengan membaca indikasi obat yang tertera didalam label obat tersebut.”
Dalam sambutannya Kevin Abeyewardene menyampaikan, “Celecoxib termasuk ke dalam kelompok obat analgesik golongan Obat Anti Inflamasi non-steroid (OAINS) yang memiliki mekanisme kerja menghambat sintesa prostaglandin, melalui penghambatan selektif enzim cyclooxygenase (COX-2). Penggunaan obat Celecoxib di bawah pengawasan dokter dan mengikuti anjuran yang tepat akan memberikan hasil maksimal pengobatan sesuai kondisi masing-masing pasien.”
Dewasa ini, mitos-mitos perihal pengobatan rasa nyeri akut sangatlah beragam. Namun faktanya, tidak semua mitos tersebut benar akan adanya. Justru dengan adanya mitos tersebut, pasien diharapakan untuk lebih bijak dalam penggunaan obat rasa nyeri dengan mengikuti anjuran resep dokter yang diberikan. “Dengan adanya Journalist Class yang dinamakan Pfizer Press Circle (PPC), Pfizer berharap bersama rekan media untuk lebih mengedukasi masyarakat agar tidak terjebak dalam mitos-mitos tentang nyeri yang ada,” jelas Ibu Widyaretna Buenastuti kepad rekan media yang hadir. (Alfian)