Tanah Kuantan ternyata banyak menyimpan pesona alam yang sangat mengagumkan. Keindahan alam maupun sosialitas penduduk urbannya yang penuh keramahan, selalu membuat kota Kuantan menjadi objek wisata keluarga di akhir pekan. Hal ini terbukti ketika kami team Reps-ID.com menelusuri keindahan panorama yang dimiliki oleh Kuantan saat kami memasuki hari ke-3. Penasaran bukan bagaimana kisah perjalanan kami selanjutnya? Yuks langsung saja ikuti perjalanan kami. Let’s Check it out…!!!
Day 3
Selepas malam penganugrahan Oasis Gym, tiba saatnya ekspedisi kami memasuki hari ke-3. Di hari ini lah kami mulai ditunjukan beragam keindahan alam yang dimiliki oleh Kuantan. Lokasi jantung kota yang letaknya tidak berjauhan dengan keindahan sekeliling alam, membuat kami tidak menghabiskan waktu terlalu lama untuk berpergian dari satu tempat wisata ke objek wisata lainnya. Kondisi lalu lintas jalan yang tak sepadat dengan ibu kota di Jakarta, memang sepatutnya dapat menenangkan pikiran para wisatawan yang gemar akan suasana ketenangan. Yaa inilah kota Kuantan.
Menjajaki objek wisata Kuantan
Waktu menunjukan pukul setengah enam pagi waktu Malaysia. Waktu istirahat kami pun telah usai, dan setelah itu kami bersama mr. Tan langsung bergegas menuju ke suatu tempat pemandangan yang lokasinya tidak berjauhan dengan home stay kami. Kesempatan ini pun tidak kami sia-siakan untuk mengabadikannya pada sebuah kamera pocket maupun kamera ponsel kami.
Mobil yang kami kendarai ini pun menuju ke sebuah muara dengan pemandangan biru yang dihiasi keberagaman kapal-kapal nelayan yang berlabuh. Namun di balik keindahan muara ini, kami masih menyimpan pertanyaan tentang panorama apa saja yang ditonjolkan oleh Telok Cempedak. Oleh sebab itu, kami pun segera beranjak ke Pantai Telok Cempedek dan menyusuri tepian laut yang dipenuhi dengan bebatuan besar. Takjub dan terpesona akan keindahan pantai seperti layaknya pantai tanjung tinggi di Belitung, membuat tim kami segera membidik objek keindahan alam ciptaan Tuhan ini. Dalam objek alam ini, kita dapat menemukan keindahan alam yang terdiri dari hutan tropis dan pantai. Semuanya terkemas dalam satu lokasi yang saling berdekatan.
Setelah selesai menikmati objek pantai, kami pun segera bergegas mengarah ke sebuah warung makan khas melayu untuk sarapan dan menuju ke suatu tempat wisata yang tak kalah menariknya dengan Telok Cempedak. Setelah menempuh jarak dengan waktu kurang lebih 15 menit tanpa hambatan lalu lintas, pemandangan kamipun mengarah pada suatu tempat peribadatan umat Budha. Budish Temple begitulah tempat peribadatan tersebut dikenal masyarakat seiktar. Disini kami menemui suasana alam yang cukup tenang. Pemandangan arca budha, danau kecil, serta tebing hutan yang indah, ditambah pula pepohonan yang membuat suasana menjadi sejuk adalah momen yang tepat untuk memanjakan pikiran para pengunjung yang hadir ke lokasi ini.
Bertemu Komunitas Moge (Motor Gede)
Terik matahari mulai condong tepat diatas kepala, itu pertanda bahwa waktu menunjukan pukul 12 siang. Mengingat esok hari tiba saatnya salah satu tim kami kembali ke Jakarta dan mengalihkan sebagian perjalanan tim kami di Kuala Lumpur, kami pun mulai mempersiapkan perjalanan kami untuk membeli buah tangan khas Kuantan. Kami pun kembali bergegas menuju Telok Cempedak, sebab disanalah berbagai cinderamata khas Kuantan dapat diperoleh dengan berbagai motif yang menarik.
Sembari memilih oleh-oleh yang akan kami bawa untuk kerabat kami di Jakarta, Kami pun mendapat kesempatan untuk berfoto dan mengambil gambar dari komunitas motor gede terbesar di Malaysia. Seperti yang diungkapkan diawal, bahwa Kuantan merupakan objek wisata akhir pekan yang selalu dikunjungi dari berbagai daerah di Malaysia, membuat komunitas motor gede tersebut selalu menjadwalkan perkumpulannya di Telok Cempedak pada waktu yang ditentukan. Setelah kebutuhan oleh-oleh dan petualangan kami menjajaki objek wisata kota Kuantan terpenuhi, tiba saatnya kami makan siang dan kembali ke penginapan kami.
Belly Dance dan wawancara miss tourism Pahang
Waktu yang cukup panjang untuk beristirahat di penginapan. Hingga tiba saatnya kami mendapat undangan untuk bersantap malam bersama seluruh karyawan Oasis gym. Pada kali ini rumah makan yang kami tuju bertemakan menu masakan Chinese-Melayu. Menu yang disajikannya pun tak jauh berbeda dengan masakan seafood pada umumnya, namun yang membedakan adalah bumbu rempah serta citra rasa yang disajikan oleh restoran ini.
Setelah bercengkrama selama kurang lebih 1 jam bersama keluarga baru kami yaitu seluruh staff Oasis gym. Kamipun kembali mempersiapkan perjalanan berikutnya untuk mengikuti kelas belly dance bersama salah seorang instruktur unggulan di Oasis Gym, serta mewawancarai 2 orang model yang kebetulan mereka berdua adalah duta miss tourism Pahang pada tahun yang berbeda. Kami pun disambut hangat oleh Mrs. Annee yang sejak sore tadi mengajak kami untuk mengikuti kelas belly dance yang diadakan di Oasis Gym ini.
Belly dance tergolong sebagai kelas kebugaran yang memusatkan gerakan pada area perut, pinggang, dan pinggul. Selain bermanfaat bagi pembentukan tubuh serta fleksibilitas pada area tubuh yang disebutkan tadi, belly dance juga mengandung unsur seni yang mampu menghasilkan prestasi yang membanggakan. Sebagaimana yang dialami Mrs. Annee selama bergelut di seni tari perut ini. Pada kelas ini, kami diajari Mrs. Annee bagaimana mengatur kelenturan tubuh kami untuk bergerak dengan lentur dan leluasa.
Memasuki sesi berikutnya, kamipun segera menyapa 2 orang figur yang sudah menantikan kedatangan kami untuk melakukan sesi tanya jawab serta proses pemotretan. Mereka adalah Polin teo dan Jeling, kedua figur tersebut bukanlah sembarang model biasa. Mereka adalah ikon yang berperan dalam memperkenalkan berbagai pariwisata di Pahang Kuantan. Oleh sebabnya, mereka dinobatkan sebagai Miss Tourism Pahang pada tahun yang berbeda. Jeling di tahun 2008 dan Pollin pada tahun 2013.
Perbincangan kami serta proses pemotretan pun berjalan cukup lama, cukup banyak bahan materi berupa gambar serta video wawancara yang kami peroleh untuk mengangkat tema profil mereka berdua. Sehingga tak terasa sudah waktu menunjukan pukul 1 dini hari, dan tiba saatnya kami kembali ke penginapan untuk beristirahat dan mempersiapakan perjalanan kami esok di Kuala Lumpur.
Day 4
Keesokan harinya perjalanan tim kami memasuki hari ke 4, dimana salah seorang personil kami harus kembali ke Jakarta. Kendati demikian, sebagian tim masih tetap meneruskan traveling nya untuk mewawancarai salah seorang binaragawan ternama asal negeri Malaysia. “Buda Ak Anchah” adalah daftar nama binaragawan professional yang disodorkan mr.Tan untuk kami liput.
Waktu menunjukan pukul 9 pagi dan tiba saatnya kami harus meninggalkan kota Kuantan yang penuh dengan kenangan serta pesona alamnya yang sulit untuk kami lupakan. Seperti biasa, perjalanan kamipun kembali menghabiskan waktu kurang lebih 4 jam untuk tiba di KLIA 2. Ratusan kilometer kami tempuh dengan menyusuri pegunungan serta area perkebunan maupun hutan yang masih terbilang asri. Namun sungguh yang sangat menguntungkan bagi kami, setibanya kami di Kuala Lumpur kepadatan traffic di jantung ibu kota Malaysia tersebut, tidak dipadati dengan kendaraan yang sibuk berlalu-lalang, sehingga waktu yang kami perkirakan diawal lebih banyak menghasilkan waktu luang untuk kami beristirahat sejenak.
Pria besar, berambut cepak, dan berkumis tebal itu adalah Buda Ak Anchah
Selepas kami mengantarkan salah seorang tim kami di airport, perjalanan kami pun kembali menuju ke suatu daerah yang tidak terlalu jauh dengan pusat keramaian ibu kota, sebut saja dengan Cheras. Disanalah kami akan bertemu dengan sosok binaragawan Malaysia yang sangat di elu-elukan oleh masyarakatnya.
Setibanya di Cheras, pandangan kami pun terbelalak dengan sosok pria besar, berambut cepak, dan berkumis tebal yang tidak lain dia adalah Buda Ak Anchah. Bapak dari dua orang anak ini rupanya telah mengantongi berbagai prestasi berskala dunia, sehingga wajar saja jika ia dinobatkan sebagai binaragawan professional. Perbincangan kami pun tak cukup rasanya bila tidak didokumentasikan melalui media video. Berbagai pertanyaan kami lontarkan, mulai awal ketertarikannya sebagai binaragawan serta beragam motivasi yang mampu menggugah semangat generasi muda. Tak sampai disitu saja, sebagai penutup sesi wawancara dan pemotretan kami, Buda Ak Anchah membekalkan kami dengan tips latihan yang dilakukannya sehari-hari.
Pesona Twin Tower di Malam hari
Memasuki malam terakhir kami di Malaysia, kamipun merasa sangat gembira setelah hajat kami untuk mengunjungi ikon utama dari negeri jiran ini terpenuhi. Rupanya kepenatan kami pun terbayar sudah setelah bertatapan langsung dengan kemegahan menara kembar petronas yang lokasinya tidak berjauhan dengan hotel yang kami singgahi, yaitu di Bukit Bintang. Perjalanan dari hotel kami menuju twin tower dapat dilalui hanya dengan berjalan kaki saja. Berbagai alat dokumentasi berupa kamera ponsel dan video pocket telah disiapkan untuk mengabadikan momen yang paling berharga selama kami meliput.
Jalan bukit bintang adalah nama sebuah jalan ternama dimana hotel yang kami singgahi waktu itu tepat berada di jalan tersebut. Sesuai dengan yang kami sebutkan sebelumnya, bahwa bukit bintang tidak berjauhan dengan objek wisata nomor wahid khas negeri Malaysia ini. Jika sobat reps berada di jalan tersebut, maka Sobat Reps akan disuguhkan berbagai hiburan malam yang menarik dan sangat menghibur. Seperti kerlap kerlip lampu penerangan yang terpancar dari pusat perbelanjaan seperti Lot 10, Fahreinheit, dan mega mall terbesar Pavilion, serta alunan musik ala musikus jalanan.
Tak cukup disitu saja, untuk menempuh perjalan menuju twin tower kami pun harus menelusuri berbagai jajanan kuliner dan sebuah jembatan yang menghubungkan antara pusat perbelanjaan Pavilion dengan KLCC (Kuala Lumpur Convention Center). Bersih, ber-AC, dan terkontrol kamera CCTV disetiap sudut jembatan, membuat seluruh pejalan kaki yang melewati jembatan ini merasa nyaman.
Gerbang taman Suria KLCC yang dihiasi dengan kolam air mancur sudah di depan mata. Pandangan kami pun segera menoleh ke belakang. Terlihat jelas akan kemegahan bangunan gedung pencakar langit yang tingginya mencapai 452 meter. Twin tower adalah sepasang menara kembar yang pernah menjadi bangunan gedung tertinggi di dunia pada tahun 1998-2001 sebelum dilampaui oleh Taipei. Menara tersebut merupakan sebuah gedung perkantoran, yang dimana dibawah gedung tersebut juga menyatu dengan pusat perbelanjaan mewah.
Tahukah sobat Reps, bila sobat reps ingin naik ke atas menara tersebut, Sobat reps harus merogoh kocek sebesar 80MYR atau setara dengan 300 ribu rupiah per orang, biaya tersebut sudah termasuk dengan biaya pemandu. Dan menurut informasi yang kami dapat, untuk wisatawan yang ingin berkunjung ke menara tersebut, Sobat reps harus datang lebih awal (pagi-pagi), dan itupun hanya terbatas dan menggunakan batasan waktu. Sebab jika melewati dari pukul 9, dikhawatirkan akan mengganggu aktifitas perkantoran.
DAY 5
Tiba saatnya tim kami harus kembali ke Jakarta. Namun sebelum itu, tidak afdol rasanya jika kami belum berpamitan dengan twin tower di pagi hari. Sesuai dengan informasi yang kami dapatkan semalam, tim kami berencana ingin naik ke atas menara twin tower. Namun sayang seribu sayang, waktu kami pun terlalu mepet untuk memaksakan diri bisa naik ke atas menara. Sehingga kami pun bersepakat hanya berjalan-jalan serta membeli oleh khas Kuala Lumpur saja.
Setelah kebutuhan berbelanja oleh-oleh dan jalan-jalan kami menyusuri bukit bintang terpenuhi, tiba waktunya kami untuk kembali ke hotel. Mengingat jadwal penerbangan kami akan take-off pukul 18.00 dan waktu boarding 2 jam sebelum keberangkatan, kami pun segera mengemas ransel kami dan menuju ruang lobby untuk check out.
Tiba di Jakarta
Setibanya di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) 2, kamipun bergegas menuju loket boarding dan berpamitan dengan Mr.Tan yang senantiasa memandu tim Reps-ID.com mulai dari kedatangan di Malaysia hingga keberangkatan kami kembali menuju Jakarta. Waktu perpisahan kami pun tak cukup lama, dan kami pun segera menuju loket keimigrasian serta menunggu keberangkatan di ruang tunggu.
Waktu menunjukan pukul 18.00 jam Malaysia, informasi penerbangan ke Jakarta pun telah diumumkan melalui pengeras suara. Itu pertanda, tiba saatnya kami untuk memasuki kabin pesawat dan bersiap take-off dari KLIA 2. Perlu diingat sobat reps, perbedaan waktu antara Jakarta dengan Malaysia hanya berselang waktu 2 jam. Serta perjalanan udara dari Malaysia menuju Jakarta hanya memakan waktu berkisar 2 jam.
Setelah menempuh perjalanan udara selama 2 jam, terlihat sudah pemandangan darat yang dipenuhi dengan cahaya lampu penerang jalan dan bangunan penduduk. Waktu mendarat pun tinggal beberapa menit lagi. Pengumuman untuk mengenakan safety belt terdengar jelas di kabin. Goncangan dari ban pesawat yang menggelinding dibawah kaki kami membuat penegesan kepada kami, bahwa pesawat yang kami tumpangi telah mendarat di International Airport Soekarno-Hatta. Kami segera menuju loket keimigrasian Indonesia dan tim kami pun berpisah menuju destinati kami masing-masing.
Sepulangnya di Jakarta, kami bersyukur atas perjalanan yang kami lalui tiada kendala maupun hambatan apapun. Beragam informasi, sahabat, dan yang terpenting pengalaman kami untuk meliput di negeri orang adalah sebuah pengalaman yang sangat berhargai dan tak akan mungkin untuk dilupakan. Semoga dengan sajian perjalanan ekspedisi kami ini, pecinta Reps-ID.com juga lebih banyak dminati oleh penduduk di negeri seberang. Siapapun mereka dan apapun mereka, Reps-ID.com tentunya akan terus menyajikan beragam informasi untuk memajukan industri gaya hidup sehat serta olahraga binaraga. Tunggu perjalanan kami untuk meliput kegiatan berikutnya. (alfian)