Penelitian telah membuktikan, whey adalah suplemen protein yang luas aplikasinya dan tidak terbatas pada dunia olahraga saja. Kesadaran dunia olahraga memakai protein whey baru muncul belakangan ini, tapi aplikasi pemakaian protein whey untuk pengobatan, sudah ada sejak jaman Hippocrates. Malah setidaknya ada 2 pepatah kuno dari Florence (sebuah kota di Italia) yang bunyinya, “Jika Anda bergaya hidup aktif dan ingin hidup sehat, minumlah whey,” dan “Jika tiap orang minum whey sejak kecil, maka dokter bisa bangkrut.”
Penelitian mendalam soal whey dilakukan di era 1980 dan awal 1990-an. Dan hasilnya kian menarik saja, seperti yang akan kita ulas disini.
Whey dan Kanker
Bagaimana efek konsetrat protein whey bagi pencegahan/terapi kanker? Tikus-tikus lab diberi makan protein whey, kemudian diberikan dimethylhydrazine, sejenis carcinogen yang kuat (pemicu kanker). Hasilnya, tikus yang makan konsentrat protein whey memiliki lebih sedikit tumor. Kesimpulannya, protein whey memberi perlindungan lebih pada makhluk hidup yang mengkonsumsinya, melebihi jenis protein lain semisal protein soy.
Lebih jauh lagi, konsentrat protein whey menghambat pertumbuhan sel kanker payudara hingga ke tingkat konsentrasi sel kanker terendah (Baruchel S. And Vaiu G., Anti Cancer Research, 1996). Yang paling penting, penelitian terbaru pada subjek pasien manusia penderita kanker yang diberi makan protein whey 30 gram per hari menunjukkan tanda-tanda medis yang kian membaik terhadap kanker yang dideritanya.
Whey & Glutathione
Penemuan terbaru menunjukkan hubungan menakjubkan antara GSH (Glutathione), sel kanker, dan konsentrat protein whey. Ternyata, konsentrat protein whey secara selektif mampu menguras kandungan glutathione dalam sel kanker sedemikian sehingga sel kanker itu lebih mudah dibasmi dengan terapi yang ada seperti kemoterapi dan penyinaran radioaktif.
Antara sel kanker dengan sel normal, keduanya memberi reaksi berbeda terhadap obat dan nutrisi yang diberikan sejauh menyangkut status glutathione mereka. Biasanya, kandungan glutathione dalam sel tumor itu lebih tinggi daripada sel normal yang ada disekitarnya. Tingginya kandungan glutathione pada sel kanker itulah yang menyebabkan kanker susah dibasmi dengan kemoterapi dan obat-obatan.
Masalahnya, susah menurunkan kadar glutathione pada sel tumor tanpa membahayakan sel sehat disekitarnya dan membuat kondisi pasien kian parah. Yang kita butuhkan saat ini adalah zat yang secara selektif bisa melemahkan sel kanker (menguras kandungan glutathione didalamnya) sekaligus meningkatkan, setidaknya mempertahankan, kadar glutathione pada sel sehat.
Tugas itu hanya bisa dilakukan oleh protein whey, tidak oleh jenis protein lainnya seperti protein soy/nabati misalnya.
Whey & Kolesterol LDL
Tak Cuma sebatas kanker saja, konsentrat protein whey juga bisa jadi alat ampuh membatasi oksidasi kolesterol LDL. Bagi yang belum tahu perubahan dari LDL menjadi LDL yang teroksidasi akan memicu atherogenesis, yaitu pembentukan karang penyumbat pembuluh darah arteri, atau atherosclerosis.
Setiap zat yang bisa mencegah oksidasi LDL disebut anti-atherogenic. Publik selama ini mempercayai jika setiap bentuk protein hewani bisa memicu oksidasi LDL itu. Protein whey adalah pengecualian akan hal itu, karena protein whey terbuat dari beberapa bagian kecil dan besar semisal beta-lactoglobulin, alphalactalbumin, albumin, lactoferrin, dan immunoglobulin. Dari semua itu, lactoferrin (LF) itulah yang berjasa mencegah oksidasi LDL.
Lactoferrin dalam Whey
Protein casein, jenis protein diluar whey yang juga terbuat dari susu itu, juga banyak dipakai saat ini dalam makanan/minuman industri, karena harganya lebih murah. Walau begitu, casein bisa menaikkan kolesterol pada manusia dan hewan. Efek sebaliknya terjadi pada protein whey. Pada diet tinggi protein hingga asupan 300 gram per kilogram berat badan, protein whey justru bisa menurunkan kadar plasma kolesterol liver dan triacylglycerol. Semua itu terjadi karena terjadi penurunan kolesterol LDL. Yang menarik, efek positif itu tidak terjadi walau obyek penelitian diberikan campuran asam amino yang mirip dengan protein whey. Itu membuktikan ada kandungan lain di luar profile asam amino whey, yang berjasa atas efek positif itu.
Whey & pertumbuhan tulang
Mengkonsumsi protein whey juga memperkuat tulang dan protein tulang (collagen). Protein whey merangsang total sintesa protein, isi DNA, dan menaikkan kandungan hydroxyproline dalam sel tulang. Semakin banyak protein whey yang dikonsumsi, semakin besar efek rangsangannya.
Perlu diketahui, tidak semua merk konsentrat protein whey itu sama, karena pemrosesan protein whey guna menghapus kandungan lemak dan laktosa didalamnya tanpa mengorbankan keuntungan biologisnya itu butuh tahapan pemrosesan yang rumit. Suhunya harus dijaga tetap rendah. Lingkungan pemrosesannya juga harus bebas kontaminasi agar tidak merusak protein itu sendiri.
Semua hal yang diulas diatas, plus penelitian beberapa dekade sebelumnya soal whey, mustinya bisa meyakinkan Anda sekalian jika konsentrat protein whey benar-benar adalah supplement yang bisa memperpanjang umur Anda. (NK)
FACT
>> Protein whey secara dramatis menaikkan kadar glutathione. Glutathione adalah antioksidan yang bisa larut dalam ari yang ada didalam tubuh, berguna untuk melindungi sel dan menetralisir racun berbahaya semisal peroksida, logam berat, carcinogen, dan racun lainnya.
>> Glutathione erat kaitannya dengan sistim kekebalan tubuh. Orang yang kekurangan glutathione rentan terhadap penyakit AIDS, atherosclerosis, Alzheimer, Parkison, dan banyak lagi lainnya. Malah, glutathione adalah satu-satunya cara meningkatkan kekebalan tubuh.
>> Penelitian terhadap penderita HIV yang diberikan protein whey membuktikan, mereka mengalami peningkatan glutathione. Dalam kondisi normal, biasanya penderita HIV mengalami penurunan berat badan. Berkat protein whey, 2 dari 3 obyek penelitian justru mencapai berat badan ideal. Whey protein juga diakui oleh beberapa paten di Amerika dan Internasional sebagai terapi AIDS dan terapi untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
>> Whey protein juga mampu melawan infeksi semisal salmonella, streptoccus pneumonia, dan zat kimia pemicu kanker . Hal seperti ini tidak ditemui pada jenis protein lainnya diluar whey.