Testosteron adalah hormon yang sebagian besar ditemukan dalam tubuh pria dan mempengaruhi karakteristik terkait maskulinitas. Hormon ini juga ditemukan dalam jumlah sedikit pada tubuh wanita.
Namun ternyata, ada kondisi di mana testosteron lebih tinggi pada wanita, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Kondisi ini disebut PCOS (polycystic ovary syndrome).
Apakah ini berbahaya? Dan bagaimana gejalanya? Berikut Reps ulas untuk Anda.
Apa itu PCOS?
PCOS adalah suatu kondisi yang mempengaruhi kadar hormon wanita, sehingga kadar hormon testosteron yang seharusnya rendah, menjadi lebih tinggi dari biasanya dan menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Kondisi ini mempengaruhi ovarium, yakni organ reproduksi yang memproduksi estrogen dan progesteron (mengatur siklus menstruasi), serta sejumlah kecil hormon pria yang disebut androgen.
Ovarium melepaskan sel telur untuk dibuahi oleh sperma pria, pelepasan sel telur tersebut setiap bulan disebut ovulasi. Untuk mengontrol ovulasi, kelenjar pituari memproduksi hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinizing (LH). FSH akan merangsang ovarium untuk menghasilkan folikel (kantung berisi sel telur) dan LH akan memicu ovarium untuk melepas sel telur yang matang.
Pada mereka yang mengalami PCOS, banyak kantung kecil berisi cairan tumbuh di dalam ovarium. Kantung ini sebenarnya adalah folikel yang mana berisi sel telur yang belum matang. Sel telur tidak pernah cukup matang untuk memicu ovulasi. Kurangnya ovulasi mengubah kadar estrogen, progesteron, FSH, dan LH, di mana kadar progesteron lebih rendah dan kadar androgen lebih tinggi.
Kelebihan hormon pria ini dapat mengganggu siklus menstruasi, sehingga wanita dengan PCOS mengalami menstruasi lebih sedikit dari biasanya.
Apa penyebabnya?
PCOS bukanlah kondisi baru. Dokter Italia Antonio Vallisneri pertama kali menjelaskan gejalanya pada tahun 1721, namun hingga kini, belum diketahui secara pasti apa penyebabnya. Namun beberapa faktor dikaitkan dengan produksi testosteron berlebih, seperti
- Genetik: Sebuah studi menunjukkan bahwa PCOS dapat diturunkan dalam satu keluarga. Jadi kemungkinan ini dapat diturunkan melalui genetik.
- Resistensi insulin: Hingga 70% wanita yang menderita PCOS mengalami resistensi insulin, yang berarti sel mereka tidak dapat menggunakan insulin dengan baik. Ketika sel tidak dapat menggunakan insulin dengan baik, kebutuhan tubuh akan hormon ini akan meningkat, sehingga pankreas akan menghasilkan lebih banyak insulin sebagai kompensasi. Kelebihan insulin akan memicu ovarium untuk memproduksi lebih banyak testosteron.
- Peradangan: Wanita dengan PCOS sering kali mengalami peningkatan tingkat peradangan di tubuhnya. Kelebihan berat badan juga dapat menyebabkan peradangan. Penelitian menemukan bahwa ada kaitan antara peradangan dengan tingkat testosteron yang lebih tinggi.
Gejala
Karena banyak yang tidak menyadari bahwa dirinya mengalami PCOS. Biasanya mereka akan mengetahuinya dari gejala yang mereka alami. Beberapa gejala umum yang terjadi antara lain:
- Haid yang tidak teratur karena kurangnya ovulasi.
- Pendarahan hebat akibat lapisan Rahim yang menumpuk dalam jangka waktu lama.
- Pertumbuhan rambut berlebihan di wajah dan tubuh (hirsutisme).
- Jerawat di area wajah, dada, dan punggung atas.
- Penambahan berat badan dan obesitas.
- Kerontokan rambut hingga kebotakan.
- Penggelapan kulit di lipatan tubuh, seperti di leher, selangkangan, dan di bawah payudara.
- Sakit kepala.
- Kurangnya kesuburan dan aspek kesehatan lainnya.
Sementara itu, jika kondisi ini tidak segera di atasi akan muncul beberapa gangguan kesehatan, di antaranya:
- Infertilitas: Wanita yang tidak berovulasi secara tidak teratur tidak akan melepaskan sel telur untuk dibuahi.
- Sindrom metabolik: Ini disebabkan oleh kelebihan berat badan atau obesitas, yang mana meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan tingginya kolesterol jahat. Ini juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, stroke, dan sleep apnea.
- Kanker endometrium: Jika tidak berovulasi setiap bulan, lapisan tersebut akan menumpuk dan menebal. Ini dapat meningkatkan risiko endometrium.
- Depresi: Tidak hanya kesehatan secara fisik, PCOS juga dapat menyebabkan penurunan kesehatan mental. Beberapa gejala fisik seperti kerontokan rambut, jerawat, dll dapat menurunkan kepercayaan diri sehingga berdampak pada mental.
Jika Anda sudah menyadari bahwa Anda mengalami beberapa gejala di atas, segera lakukan pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan penanganan sebelum gejala semakin bertambah dan menyebabkan gangguan kesehatan yang serius.
Tips mengobati PCOS
Selain harus mendapat perawatan khusus dari dokter, Anda juga perlu melakukan perubahan gaya hidup dengan menjaga berat badan melalui pola makan sehat dan olahraga. Kehilangan 5 hingga 10 persen berat badan saja dapat membantu siklus menstruasi dan memperbaiki gejala PCOS.
Studi yang membandingkan diet untuk PCOS menemukan bahwa diet rendah karbohidrat lebih efektif untuk menurunkan berat badan dan menurunkan berat badan dan menurunkan kadar insulin. Diet rendah indeks glikemik (GI rendah) yang sebagian besar karbohidratnya berasal dari buah, sayur, dan biji-bijian dapat membantu mengatur siklus menstruasi lebih baik daripada diet penurunan berat badan biasa.
Selain pola makan, olahraga juga sangat penting untuk membantu wanita dengan PCOS menurunkan berat badan. Disamping untuk kepentingan kebugaran, menurunkan berat badan dan berolahraga juga dapat meningkatkan ovulasi dan kadar insulin.